Perjalanan Menuju Islam (Kisahku dalam Menggapai Hidayah Nya)
Aku terbayang saat-saat dimasa SMP ku yang dianggap sebagian guruku, aku adalah sosok jiwa murid yang liar dan terlalu agresif dalam mempertanyakan sesuatu tentang keyakinanku sendiri. Saat itu aku berdebat dengan salah satu suster pengajar di SMP khatolik tempatku menimba ilmu. Perdebatan tentang Doktrin Trinitas merupakan awal ku menemukan pancaran jiwa yang selama ini kucari-cari.
Apakah aku liar jika aku mempertanyakan sesuatu yang belum kuyakini kebenarannya ?. Apakah aku agresif jika aku mempertanyakan sesuatu yang tidak sanggup diterima oleh akal sehatku ?
Dalam Doktrin Trinitas disebutkan Tuhan 1 dalam 3, namun disaat yang bersamaan dikatakan Tuhan 3 dalam 1. Mana yang benar ? 1 dalam 3 ataukah 3 dalam 1 ? Pertanyaanku ini menimbulkan kemarahan dari para pengajar disekolahku, dan mereka mencapku sudah kemasukan roh jahat. Aku pun tak terima dikatakan demikian, hingga akhirnya pun dilaporkan kepada pihak orang tuaku dan gereja.
Sejak itulah aku jadi jarang ke gereja, namun aku lebih memilih membaca buku-buku agama tentang ketuhanan. Berbagai buku theologi, buku agama dari berbagai agama dan injil berbagai versi aku baca. Namun aku tidak menemukan jawaban yang memuaskan.
Hingga pada suatu hari, saat aku berjalan di pusat buku bekas di kwitang, Senen - Jakata, aku melihat sebuah buku dengan judul "Mempertanyakan Ketuhanan Yesus". Buku itu berisi tentang perdebatan seorang Mahasiswa Nasrani dengan seorang Kyai asal Bangkalan Madura dari Muhammadiyah, Kyai Mudhori yang sangat piawai dan hafal isi bibel luar dalam.
Perdebatan selama 3 hari itu akhirnya dimenangkan oleh kyai Mudhori dengan cara yang sangat masuk diakal. Kyai tersebut menggunakan Bibel untuk menggugah pikiran pemuda tersebut dan semuanya masuk akal. Akupun akhirnya puas setelah membaca buku itu. Akhirnya aku menemukan jawaban yang selama ini kucari-cari.
Mulailah saat itu pun aku akhirnya lebih tertarik mempelajari Islam, Agama yang dulu sempat kubenci, namun kini aku sangat mencintai. Berbagai buku Islam pun akhirnya menjadi koleksi pribadiku tanpa pernah papaku mengetahui.
Setelah hampir setahun aku pun akhirnya masuk dalam Islam. Agama yang saat ini ku anut, tanpa paksaan siapa pun. Keresahan yang selama ini senantiasa mengayut jiwaku, kini telah berlalu.
Aku pun mengucapkan sumpah dengan membaca "Dua Kalimah Syahadat" disaksikan teman-teman SMU ku yang seiman pada 13 November 2007. Aku menangis Haru dalam pelukan teman-temanku, guruku, dan para santri yang menghadiri Bai'at ku. Aku bahagia, akhirnya aku menemukan Mutiara cinta dari Allah SWT berupa Hidayah yang tak terhingga.
Setelah semua berlalu, akhirnya kepindahan keyakinanku pun diketahui oleh papaku. Aku diusir dari rumah, mamaku menangis dan memintaku untuk meminta maaf pada papaku serta kembali pada Khatolik. Namun aku tetap berpendirian teguh untuk tetap pada keimananku. hingga akhirnya aku pun pergi kerumah teman SMU ku. Disana aku disambut dengan Cinta dan kasih sayang yang tulus dari keluarga temanku. "Bunda" sebutan untuk ibu temanku yang kini telah menjadi guru, sahabat dan mama baruku selalu mengajarkanku tentang Islam. Mulai dari mengaji hingga membahas Hadist.
Aku pun semakin dekat dengan bunda, dia lah sosok ibu yang baik dan penuh cinta. Aku dipelihara diantara keluarga yang shakinah, Mawwaddah dan warrohmah. Beliau tidak hanya mengajarkanku agama Islam, namun juga ilmu lainnya serta ilmu berdagang, hingga aku bisa memiliki uang sendiri tanpa melupakan sekolahku.
Namun beberapa bulan kemudian, tepatnya 10 Juni 2008 aku dijemput paksa oleh anak buah papaku yang seorang perwira kepolisian di polda Lampung. Aku Menangis, meronta, bukan karena aku tidak mau berpisah dengan Bunda dan keluarganya, namun aku takut, aku takut tak kuat menghadapi Ujian dari Allah.
Kini aku pun bagai terpenjara dalam rumah papaku. Segala Fasilitas Komunikasi tak lagi bisa kunikmati. Aku bagai pesakitan dipenjara, yang hanya bisa berdo'a sampai kapankah Ujian ini berlalu. Orangtuaku sering membawakan para pastur untuk menasihatiku, namun aku tetap tak bergeming dan memilih Islam sebagai bagian yang tak akan kulepaskan.
Kini dikamarku aku hanya bisa melihat dunia luar dari balik jendela kamarku, kini aku hanya bisa menggunakan komputer dikamarku agar bisa berkomunikasi dengan teman-temanku. Kini aku hanya bisa berharap dan berdo'a, Kapankah Ujian ini berakhir.
Aku yakin Allah sangat mencintaiku, hingga Allah menguji keimananku, ketabahanku, dan kecintaanku pada Nya.
Posted by: Maureen_for group islammenjawab
Tidak ada komentar: